Thursday, January 12, 2012

UJUNGBERUNG REBEL, DARI UNDERGROUND MENUJU TRADISI

UJUNGBERUNG REBELS

Ujungberung,- Para pecinta musik Underground yang selalu berkumpul dikawasan jalanan Ujungberung Bandung pada era tahun 1996. Mereka mengatas-namakan diri Ujungberung Rebel. Nama yang muncul di komunitas itu, karena mereka berada dikawasan kota kecil bernama Ujungberung. 

Menurut sesepuh Ujungberung Rebel Dani Papap, nama tersebut sangat cocok untuk komunitas pecinta musik keras bergenre Metal, Death Metal, GrindCore, Heavy Metal dan genre musik lainnya. Pada tahun yang sama saat dicetuskannya nama Ujungberung Rebel, Papap menceritakan pada waktu itu hanya terdapat beberapa band yang orang tidak mengenalnya  seperti nama Jasad, Sacrilegius , Sonic Torment, Forgotten, Disinfected dan Burger Kill.

"Kira - kira tahun 1996-1997 komunitas Underground seperti kami yang suka memakai baju hitam dan berambut gondrong menamakan barudak Ujungberung Rebel, karena kami asli dari kawasan UjungBerung. Ya itu pun kami anggap hanya cetusan biasa, tapi menjadi booming dengan nama Ujungberung Rebel. Padahal pada waktu itu saya ingat hanya ada beberapa band saja yang selalu nongkrong sehabis latihan band di studio Palapa seperti nama band Jasad, Sacrilegius , Sonic Torment, Forgotten, Disinfected, Burger Kill dan band lainnya yang sudah pergi entah kemana, " jelas Dani Papap saat ditemui www.bdguptodate.com dikediamannya jalan Rumah Sakit-Ujungberung Bandung lalu.

Untuk mengekspresikan gaya hidup anak muda pada masa itu, band yang lahir dari cetusan nama Ujungberung Rebel ini, Papap tak malu dengan membeberkan bahwa pada waktu itu band – band yang selalu bersama nongkrong sehabis latihan ini, mereka  unjuk gigi dalam panggung  pesta ulang tahun kemerdekaan Indonesia.

"Ya untuk mengekspresikan diri dalam bermusik. Kami tidak langsung manggung di event Metal yang besar, karena pada waktu itu tidak ada event musik underground di Bandung. Maka dari itu kami selalu manggung dalam acara Agustusan, yang itupun digelar dilapangan kecil daerah kami tinggal, tepatnya di belakang toko  baju Kalimas UjungBerung," kenangnya.

Barisan berbaju hitam dan berambut gondrong ini tak sekedar hanya nongkrong dan hura - hura saja, namun untuk beranjak serius dalam bermusik yang digemarinya. Komunitas ini selalu mengeluarkan pemikiran dan kegiatan baru. Hingga pada waktu itu komunitas underground ini membuat Zine yang berguna untuk alat informasi dan komunikasi buat sesama pecinta musik cadas.

"Untuk mengenalkan ke orang – orang tentang musik underground, anak – anak pada waktu itu membuat Zine sebagai salah satu alat informasi dan komunikasi. Ya karena pada waktu itu belum ada Internet seperti sekarang," kata Papap.

Zine yang dibuat barisan komunitas bawah tanah ini menjadi laku dan banyak peminat, hingga komunitas UjungBerung Rebel ini semakin dikenal oleh pecinta musik underground baik didalam kota maupun luar kota.
Pembuatan Zine tidak terus berkembang hingga sekarang, namun alat komunikasi bernama Zine itu sanggup dilahirkan sebanyak 9 kali dalam kurun waktu 12 tahun. Tak hanya Zine yang mendukung keberadaan sejumlah band underground di kawasan Ujungberung terus ada hingga sekarang. 

Namun dalam menjalani kehidupan, komunitas ini tak hanya mengandalkan penghasilan dari manggung di event – event dalam memutarkan roda perekonomian daerah. Mereka menjadi produsen 3 sektor garapan yang menjadi andalan, yaitu fashion, literasi dan rekaman.

"Untuk menjalani kehidupan sehari - hari, kami tidak hanya mengandalkannya dari manggung. Tapi kami juga membuat putaran roda ekonomi sendiri dengan memproduksi baju metal, seni grafis dan studio rekaman. Karena untuk menghidupi kehidupan sehari – hari tidak cukup dari pendapatan manggung saja, malahan honor yang kami dapat selalu saja tekor karena habis oleh sewa alat, transportasi dan jasa kru," ungkapnya.

Perkembangan musik bawah tanah yang dilakukan komunitas Ujungberung Rebel ini semakin hari semakin berkembang dengan banyaknya event – event yang digelar di kota Bandung. Sehingga sejumlah band baru bermunculan di setiap sudut kota Bandung, namun menurut Papap band tua tidak bakalan merasa tersaingi dengan banyaknya band bermunculan dari penjuru kota dengan genre musik yang berbeda-beda.

"Bermunculannya band dari penjuru kota Bandung tak berarti kami mempunyai banyak saingan. Malahan kami harus semakin bagus dalam bermusik dan band tua harus lebih bagus sama band muda. Tapi dari segi pergaulan, terkadang kami juga merasa terasingkan ketika berkumpul dalam satu tempat di acara event metal. Ya mungkin juga banyak yang tidak mengenal kami, karena kami kurang eksis dalam mengikuti arus anak muda sekarang," tambahnya.

Meskipun komunitas underground berada dikawasan Ujungberung yang kental dengan seni tradisional, namun generasi muda Ujungberung Rebel ini tidak melupakan budaya kesenian tradisional seperti bela diri Benjang, Angklung dan lainnya tetap disukai mereka. Meskipun budaya kesenian dari luar sangat dominan dalam komunitas ini. 

No comments:

Post a Comment